Friday, December 5, 2014

Pengidap HIV/AIDS di Kupang mayoritas ibu rumah tangga



Pengidap HIV/AIDS di Kupang mayoritas ibu rumah tangga 

Pelayanan kesehatan gratis bagi penderita HIV/AIDS itu guna memberi kesadaran kepada masyarakat mengenai pencegahan dan penyebab penyakit yang berbahaya tersebut. (FOTO ANTARA/Lucky.R)

"Sosialisasi dilakukan di sekolah-sekolah, kelurahan, kelompok risiko dan di organisasi-organisasi kemasyarakatan."
Kupang (ANTARA News) - Kelompok ibu rumah tangga tercatat sebagai kelompok tertinggi pengidap HIV/AIDS di Kota Kupang, dengan capaian 15 persen dari total jumlah pengidap yang mencapai 646 orang.

Menurut Ketua Harian Komisi Penanggulangan AIDS Kota Kupang, Hermanus Man, Jumat, pengidap HIV ada 481 orang sementara AIDS sebanyak 165 orang.

Menurut Wakil Wali Kota Kupang itu, tingginya pengidap HIV/AIDS di Kota Kupang, khususnya pada kelompok ibu rumah tangga, akan mengancam generasi-generasi berikutnya, karena kemungkinan akan tertular pada bayi yang akan dilahirkannya.  


Karena itulah, pemerintah, sudah bekerja sama dengan sejumlah pemangku kepentingan untuk bisa secara bersama, memberangus setiap aktivitas yang berdampak kepada risiko penyebaran virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia itu.

Pengidap HIV/AIDS mayoritas berusia antara 20 hingga 35 tahun. Itu sebabnya, "Sosialisasi dilakukan di sekolah-sekolah, kelurahan, kelompok risiko dan di organisasi-organisasi kemasyarakatan," kiatanya.

Sementara itu, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatat hingga Agustus 2014, ada 3.041 warga di provinsi kepulauan itu yang positif terinfeksi HIV/AIDS.

Jumlah ini merupakan akumulasi data yang tercatat sejak kasus HIV/AIDS muncul pertama di NTT pada 1997, kata Pengelola Program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi NTT, Gusti Brewon.

Menurut dia, dari jumlah warga yang terinfeksi itu, ibu rumah tangga 780 kasus, anak dibawah umur lima tahun 114 kasus dan sisanya adalah mereka yang rentang usia antara 20--39 tahun.

Untuk tahun 2014 saja, kata dia, hingga Agustus 2014 tercatat sebanyak 196 warga yang positif terinfeksi.

"Data terbaru, terhitung mulai dari Januari 2014 sampai bulan Agustus 2014, untuk yang terjangkit HIV sebanyak 92 orang, sementara yang positif AIDS 104 orang. Semua penderita tersebar di 22 Kabupaten dan Kota di Provinsi NTT," katanya.

Menurut Gusti, jumlah penderita HIV/AIDS terbanyak yakni Kota Kupang 41 orang, disusul Kabupaten Belu sebanyak 33 orang dan Kabupaten Sikka 28 orang. Sementara itu, kabupaten lainnya jumlah penderitanya tidak lebih dari 20 orang.

Ia memperkirakan penderita HIV/AIDS masih bertambah banyak lagi karena sebagian besar kabupaten belum melaporkan secara rutin jumlah warga yang mengidap penyakit ini.

Pewarta:



Wednesday, September 10, 2014

Waspada! Diare di Kota Kupang Meningkat

POS KUPANG.COM, KUPANG - Pasien diare yang masuk di Rumah Sakit Umum (RSU) Kota Kupang selama bulan Agutus sampai September 2014 meningkat drastis.

Dalam seminggu terakhir ini kunjungan pasien diare mencapai 90 orang pasien. Hal ini disampaikan Direktur Umum RSU Kota Kupang, dr. Marsiana Halek, yang ditemui Pos Kupang di RSU Kota Kupang, Rabu (10/9/2014).

Marsiana mengatakan, saat ini kasus penyakit yang lagi meningkat di RSU milik Pemerintah Kota (Pemkot) Kupang ini adalah diare. Ia mengatakan, saat ini di Kota Kupang sedang dalam musim angin kencang sehingga sangat rentan dengan penyakit diare. 

Menurut Marsiana, di RSU Kota Kupang biasanya dalam satu minggu di UGD, pasien yang datang sekitar 130-an pasien, tetapi sekarang naik sampai 230 pasien per mingu. Dan, katanya, kunjungan pasien yang menginap di ruang rawat inap juga meningkat, terutama kunjungan pasien diare.

"Dalam satu mingu terakhir ini sampai 90 pasien. Kunjungan meningkat drastis. Saat ini memang lagi musim angin kencang sehingga mudah terkena diare," katanya. 

Dikatakannya, untuk sementara belum ada kasus diare yang sampai meninggal dunia. Namun, yang ditakutkan saat ini jangan sampai pasien mengalami dehidrasi. Jika cairan keluar terus dan anak mengalami dehidrasi akan sangat fatal.

Ia mengatakan, orang tua pasien diharapkan untuk menjaga pola makan minum secara baik, cairan sebagai penggangi elektrolik yang keluar sehingga anak tidak demam, kejang, dan lemas.

Selain itu, katanya, orang tua juga lebih menjaga kebersihan dan pola makan yang baik sehingga tetap terjaga kesehatannya.*

Laporan Wartawan Pos Kupang, Apolonia Dhiu