KUPANG, TIMEX-Jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) di Kota
Kupang kian bertambah. Data terakhir dari Dinas Kesehatan Kota Kupang,
total penderita sudah mencapai 40 orang.
Para pasien ini tengah dirawat di berbagai rumah sakit di Kota Kupang.
"Selama lima minggu tahun 2016 ini sudah 40 orang," demikian kata Kepala
Bidang P2PI Dinas Kesehatan Kota Kupang, Sri Wahyuningsih, Kamis (11/2)
kemarin.
Menurutnya, data 40 pasien tersebut adalah positif DBD berdasarkan hasil
diagnosa. Dan, semua pasien dirawat di rumah sakit yang tersebar di
Kota Kupang. Tidak ada yang dirawat di Puskesmas.
Sebelumnya ia juga mengatakan kasus DBD di Kota Kupang menyebar di 51
Kelurahan di Kota Kupang. "Saya mengimbau warga Kota Kupang harus bisa
belajar hidup bersih dengan menerapkan 3M di lingkungan rumah yakni
menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air dan
mengubur barang bekas serta menaburkan bubuk abate. Hal tersebut
bertujuan membatasi perkembangbiakan nyamuk," Katanya.
Dikatakannya, abate bisa didapat di Puskesmas terdekat atau petugas akan
membagikannya. Sementara fogging (pengasapan) baru dilakukan setelah
melakukan penyelidikan epidemilogi apabila terjadi penambahan kasus dan
jentik positif lebih dari 50 persen.
Direktur Rumah Sakit Katolik St. Carolus Borromeus Kupang, dr. Herly
Soedarmadji menjelaskan pada bulan Januari lalu, terdapat empat pasien
DBD yang ditangani pihaknya. Kasus ini mulai ada seiring datangnya musim
hujan. Sebab sebelumnya, kasus yang paling menonjol adalah diare.
Disebutkan, Januari lalu, terdapat empat pasien DBD, anak-anak maupun
orang dewasa. Semuanya pasien rawat inap. "Kasus ini (DBD, red) ada
seiring pergantian musim. Karena kita ketahui bersama, musim hujan
memang terlambat. Ini yang harus kita antisipasi segera," ujarnya.
Dijelaskannya, DBD merupakan infeksi yang disebarkan oleh virus dengue
yang mengakibatkan demam, pendarahan signifikan yang dapat berakibat
shock bahkan kematian. Seseorang bisa terkena DBD jika digigit oleh
nyamuk aedes aegypti yang mengandung virus dengue. Virus ini
berkembangbiak dalam kelenjar getah bening. Gejalanya seperti demam
tinggi, sakit kepala, mual, mimisan dan nyeri otot. Dampak lanjutannya
berupa kebocoran pembuluh darah dan rendahnya trombosit darah.
Untuk mengatasi gejala yang ada, kata Herly, penderita perlu diberikan
obat penurun demam, teh, sirup, susu, sari buah, oralit dan makanan
bergizi. "Perhatikan tubuh anak. Jika ada bercak kemerahan, haruslah
dikompres. Bila masih panas, segera bawa ke dokter atau rumah sakit
terdekat," katanya.
Herly berharap, masyarakat harus punya upaya preventif sendiri untuk
mencegah penyakit DBD. Selain melalui pengasapan (fogging), penebaran
abate (abatisasi), masyarakat bisa menghidupkan kembali gerakan 3 M;
menutup, menguras dan menimbun.
Ia mengimbau warga untuk menutup rapat-rapat bak penampung air agar
nyamuk tidak bersarang di dalamnya. Sebab, nyamuk aedes aegypti senang
menetas di air bersih yang tergenang. Kuraslah bak mandi, minimal satu
minggu sekali. Serta timbunlah kaleng dan wadah kosong yang berisi air
di dalam tanah, agar nyamuk tidak menemukan tempat untuk bertelur.
"Utamakan kebersihan untuk kesehatan," tegas Herly.
Terpisah, Direktur RSUD S. K. Lerik, Marsiana Halek juga menambahkan,
terdapat 15 pasien DBD di RS milik Pemkot Kupang tersebut. Ke-15 pasien
itu tengah dirawat intensif. ia juga berharap masyarakat terus menjaga
kebersihan lingkungan sehingga nyamuk aedes aegypti tidak
berkembangbiak.
Dinkes Diminta Lakukan Fogging
Terkait wabah DBD ini, Ketua Komisi IV DPRD Kota Kupang, Livingston Ratu
Kadja meminta Pemerintah Kota Kupang melalui Dinas Kesehatan
melaksanakan fogging secara sistematis terhadap daerah-daerah rawan
nyamuk DBD.
Dinas Kesehatan diminta tidak boleh menunggu sampai jatuh korban jiwa.
Aksi pencegahan harus dilakukan sejak dini. "Harus ada perhatian khusus
terhadap wilayah rawan, apalagi musim hujan begini," kata Livingstone.
Dikatakannya, dilihat dari data, wilayah yang rawan DBD di Kota Kupang
belum diketahui, karena datanya ada di Dinas Kesehatan. Namun yang
paling penting adalah masih minimnya pengetahuan masyarakat tentang
gejala DBD.
Oleh karena itu, diharapkan sosialisasi tentang penyakit DBD beserta
langkah pencegahannya benar-benar dilakukan secara baik di masyarakat.
"Apalagi sesuai pernyataan Kepala Dinas Kesehatan penderita DBD sudah
ada. Untuk itu, langkah pencegahan dari Dinas Kesehatan Kota Kupang atau
pihak Puskesmas harus perlu dipercepat," katanya. (sam)
No comments:
Post a Comment